Senin, 14 Januari 2013

Bermusik di dalam Sepotong Kehidupan


Jam menunjukkan pukul 5.30. Tepat setelah sholat shubuh di hari minggu ini,gue bersiap mandi dan segera pergi menuju SMP gue buat janjian sama dua sahabat gue,Hafiyyan,alias Pian,dan Syeh,alias..dia tak punya nama panggilan selain syeh. Kita kumpul di SMP jam 6. Karena jarak rumah ke lokasi cukup jauh,gue harus mengayuh sepeda gue cukup cepat dengan jarak tempuh 17 kilometer. Itu pun baru sampai ke tempat kumpulnya.Hari ini kita akan pergi ke acara rutin kita tiap minggu pagi,yaitu ke “Car Free Day” alias CFD,yang ada di Jalan Dago,Bandung.
“Sekalian refreshing bro” kata Syeh sambil nepuk pundak gue
“Minum dulu nih” kata Pian sambil ngasih botol minum nya ke gue
“Makasih ya. Yuk ah jalan” kata gue setelah minum
“yo!” kata Syeh dan Piani
    Kita pun memulai mengayuh sepeda kita dengan cepat,tapi menurut kita sangat santai.Akhirnya kita tiba di CFD sekitar jam 7. Waktu yang cukup cepat karena jarak nya sebernarnya lumayan jauh. Setiba disana,kita langsung spontan nyari bubur ayam dekat SPBU.
“Bu,bubur ayam nya 3 ya” kata Syeh kepada si ibu penjual bubur
“Makan sini atau dibawa pulang?” Tanya si Ibu tersebut
“Makan sini lah bu” jawab gue
“oke siap!” ujar ibu penjual bubur dengan mantap
Di saat si ibu penjual bubur sedang meracik buburnya,Pian berbisik ke gue.
“Loe liat tadi ekspresi si ibu nya waktu kita pesen?”
“Iya,kenapa?”Tanya gue heran.
“Muka nya kayak yang seneng banget mau dapet duit belasan ribu dari tiga anak muda bermuka suram” kata pian dengan sedikit melucu.
“Masih mending. Loe bayangin kalo dia lirik kita,terus senyum senyum sendiri”kata gue
“gue gak bisa bayangin kalo masa lajang gue berakhir di tangan ibu penjual bubur ayam.” Kata Syeh yang dengar percakapan kami sambil melihat gue dan Pian
    Kemudian,si Ibu penjual bubur ayam itu pun memotong pembicaraan kita dengan menyodorkan 2 mangkuk bubur ayam hangat buat Syeh dan Pian.DIa pun mengambilkan satu lagi buat gue.Karena gue dikasih bubur ayam yang terakhir,gue jadi risih. Gue rasa bubur ayam ini dikasih mantra yang bisa bikin gue suka sama si ibu penjual bubur ayam. Gue pun segera sadar dari khayalan gue yang berlebihan. Ternyata,rasa lapar yang memuncak,cukup untuk menghalangi khayalan gue itu menjadi kenyataan. Gue gak jatuh cinta sama si ibu penjual bubur dengan sisa seledri di bibir gue.Gue selamat.
   Setelah itu,gue dan dua sahabat gue mencari tempat istirahat sambil minum kopi. Segelas kopi hangat yang kita beli di mini market,menemani obrolan kami.Tiba-tiba syeh terpikir buat bikin band.
“Nah ini dia!” Teriak Syeh sambil memukul meja
“Parah loe! Ngapain teriak?” Tanya gue sedikit marah dan panik
“Ayo bikin band buat perpisahan SMP!” kata syeh
“Ayo!” jawab Pian mantap
“Ayo matt” Ajak Syeh ke gue.
“Gue gak yakin Syeh. Loe juga kan mau main sama Unfor kan di perpisahan?” kata gue sambil nyebut nama band nya Syeh
“Loe kan tau gue udah gak suka lagi main di unfor. Ayolah! Loe gitar,gue gitar,Pian bass” Kata Syeh penuh semangat.
“Drummer nya siapa?” Tanya Pian
“Taufik!” kata Syeh
“Loh?Dia kan anak Unfor juga” kata  gue heran
“Mantan personil Unforgivable Mistake tepatnya” jawab Syeh
“Keluar?Band itu pecah” Kata pian
“Vokalis?” Tanya gue
“Gue udah pernah ngajak Haifa,dan dia siap kalo diajak” Kata Syeh
“Vokalis cewek?” Tanya Pian
“yap!” kata syeh
“Yaudah,gue ikut” kata gue
Akhirnya kita sepakat soal band itu.
   Esoknya,kita segera mencari Taufik.Rupanya,orang tua nya gak ngasih izin buat dia main,karena orangtuanya ingin dia fokus di Tes Masuk Sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional,alias RSBI.Kita pun harus mengurungkan niat untuk menggunakan jasa nya.     Disaat kebuntuan melanda pikiran,Kiko,seorang keyboardis,ngajak gue jajan.Gue langsung ingat kalau Kiko bisa main keyboard.Gue langsung bilang ke Syeh buat masukin Kiko ke band.Syeh setuju,dan Kiko juga mau.Haifa sang vokalis pun juga sudah siap.Formasi band ini sudah terbentuk.
   Kita pun mencari tempat buat latihan. Syeh pun mengusulkan studio di dekat sekolah yang sebut saja nama tempatnya “HOLE”. Ya. Studio yang namanya memiliki arti dalam Bahasa Indoneia ialah “Lubang” ini cukup nyaman untuk latihan. Peralatan lumayan dan harga nya terjangkau.Jadi,gue gak heran dan menolak ketika Syeh ngusulin nama “HOLE” sebagai tempat latihan.
   Keesokkan harinya,kita langsung mau latihan jam 9 tepat. Gue,Syeh,dan Pian sampai di lokasi lebih dari setengah jam dari waktu janjian.Kita bertiga memilih masuk ke studio lebih dulu karena Haifa dan Kiko terjebak macet sehingga akan menyusul. Ketika masuk,Syeh langsung mengambil gitar.Pian juga langsung mengambil bass. Gue pun mengambil gitar sambil menatap diri gue di depan cermin sambil bertanya Tanya “Tuhan,kenapa saya begini”. Kita bertiga mainin lagu lagu sambil nunggu dua orang yang lain datang. Kita mainin lagu A Thousand Miles dari Vanilla Sky,The Only Exception ciptaan Paramore,dan Remembering Sunday milik All Time Low.Haifa pun datang.Kita segera berhenti dan mulai diskusi lagu apa yang akan dibawakan.
“Kamu mau lagu apa Fa?” Tanya gue ke Haifa
“Kalau bisa yang temanya perpisahan” Kata Pian
Ketika Haifa akan menjawab,Syeh memotong pembicaraan dengan sebuah usul.
“My Immortal” Kata Syeh dengan mantap
“Ah! Bener banget Syeh” Haifa setuju
“Kiko juga gak bakalan jadi susah kalo lagu ini” Jelas Syeh
   Gue sendiri sebenarnya tahu lagu itu. Gue juga ingat waktu Tes Kemampuan Pribadi waktu kelas 9,mereka berdua duet bareng.Gue rasa,kalau kita bawain lagu ini bakal berhasil karena udah ada kekompakkan.Gue pun mengiyakan.Pun begitu dengan Pian.Gue pun diajarin kunci lagu tersebut dan cara mainin nadanya sama Syeh. Pian juga diajarin mainin bass nya juga sama Syeh. Haifa diajarin vocal sama Syeh. Kemudian Kiko datang. Ia lantas langsung digiring ke belakang keyboard dan langsung diajarkan nada nada pada lagu tersebut,sama Syeh juga.Kita pun seperti les musik mendadak  disitu. Beruntung Syeh gak sampai tega buat memungut tarif atas jasanya tersebut. Dia ikhlas ngajarin kita semua. Keikhlasan nya itu yang bikin gue betah sahabatan sama dia,selain karena dia suka minjemin gue uang. Ya benar.Minjemin gue uang.
   Setelah latihan sekitar 1 minggu lebih,kekompakkan band ini terlihat. Saking asyik nya latihan,sampai sampai kita lupa tentang nama band. Kita ingin menggunakan nama dari bahasa inggris.Nama-nama yang cocok pun dicari. Haifa,Syeh,dan Kiko,lebih giat mencari nama nama itu dibanding gue sama Pian,karena mereka pintar bahasa inggris.Gue pun sempat terpikir nama yang bagus. Tapi gue urungkan karena gue gak yakin nama ini bakal diterima.
“Gimana kalau Armagedon?” Kata Syeh
“Syeh,ini band. Bukan theater musical yang tema nya film kayak di ancol” Kata Pian
“Bener banget” Kata Haifa
“Me Gusta aja!” Usul Pian
Mendengar usul itu gue,Syeh,Kiko tertawa keras. Sedangkan Haifa bingung kenapa kita tertawa.
“Parah aduh” Kata gue sambil memegang perut gue karena itu terlalu lucu.
“Emang Me Gusta apaan sih? Tanya Haifa bingung
“Me Gusta itu nama karakter wajah di komik meme yang mukanya kayak gini” Kata Syeh sambil mempraktekin wajah dari yang disebut “Me Gusta”
Haifa pun tertawa terbahak bahak. Sedangkan yang laki-laki menatap Haifa yang tertawa dengan wajah datar.
“Jangan nama itu deh” Kata gue sambil nahan tawa.
“Kira-kira aja nama itu dipake di band vokalis perempuan” Kata Syeh yang memperkuat pendapat gue.
Setelah agak lama usai usulan nama yang konyol dari Pian,Gue berpikir sebuah nama.
Part of Twenty Eight” Kata gue,yang dalam bahasa Indonesia adalah “Bagian Dari 28”
Semua berpikir.Dari raut wajah,sepertinya tak ada masalah
“Gue setuju.” Kata Syeh
“Aku juga” Kata Haifa
“Gue juga!” Kata Pian mantap
“Gue ngikut aja” Kata Kiko pasrah
“Sip,Nama kita Part of Twenty Eight” Kata Syeh Mantap
   Band ini pun berlatih terus. Gue sebenarnya sempat malas latihan karena nilai Ujian Nasional gue yang gak memuaskan. Tapi orang tua ngasih dukungan buat gue,dan mereka gak masalah karena nilai gue ini.Mereka bahkan mint ague mulai konsentrasi ke band buat perpisahan. Gue pun ikut lagi latihan.
   Hari itu pun tiba. Hari pelepasan atau perpisahan dihelat.Gue datang dan disambut teman teman gue di gerbang. Sampai akhirnya gue liat Syeh,Pian,dan Kiko lagi ngumpul.Gue pun ikut ngumpul bareng mereka.Beruntung,mereka gak pergi waktu gue datang.
   Acara dimulai. DImulai dari nilai Ujian terendah hingga tertinggi. Kiko dan Haifa pun menjadi 2 dari 5 anak dari kelas gue,yang bisa naik panggung duluan bareng 5 anak lain dari seluruh kelas karena Nilai Ujian yang tinggi. Artinya,kelas gue bisa menguasai 50 persen dari total 10 anak yang naik panggung. Gue sedikit heran. Kenapa Pian bisa gak naik panggung. Padahal dia anak yang sangat pintar.Pemikirannya juga sangat jauh.Sampai akhirnya gue ingat sesuatu.
  Waktu ujian sekolah dan Ujian Nasional,gue duduk di belakang Pian.Dia izin ke wc pada penjaga setiap kali ujian. Gue tahu apa yang dia lakukan saat ke wc.Bukan.Bukan buat melepaskan hasrat karena terlalu banyak minum,ataupun lihat kunci jawaban.Tapi justru buat melepaskan hasrat makan camilan saat ujian. Ya.Dia jajan. Saat ujian sekolah,gue bahkan nitip uang Rp.1000 ke Pian buat beliin gue keripik singkong pedas. Dia pun  mengiyakan.Sampai ujian nasional dia masih ngasih gue keripik pedas nya itu. Hasil ujian Pian pun sebenarnya cukup bagus. Matematika dan IPA nilainya 10,Bahasa Indonesia 9,7.Namun nilai Bahasa Inggris nya hanya 7,3. Gue jadi ingat kalau selama gue Ujian,cuma saat perlajaran bahasa inggris gue gak minta keripik ke Pian.
  Kembali ke acara.Setelah acara penyerahan piala,kini acara hiburan. Nyaris setengah jam diisi oleh angklung dan paduan suara. Sangat bosan.Gue dan teman-teman pun tahu siapa dalang di balik semua ini. Guru Seni Musik. Orang ini memang suka mengutamakan keinginannya sendiri. Setelah angklung dan paduan suara,adik adik kelas gue tampil duluan.Ada yang nge-dance. Gue sempet mikir itu adik kelas gue lagi mabuk minuman keras.Tapi setelah dilihat seksama,mereka cukup keren. Kemudian suara menjadi gemuruh ketika pembawa acara mengungumkan sesuatu.
“Sekarang penampilan dari Band!!!” Kata Pembawa Acaranya dengan semangat
Kita dibuat terkejut ketika si Pembawa Acara memanggil nama band yang akan tampil.
“Buat penampilan pertama,kita panggil aja.Wah namanya bagus nih. Ini dia,Part of Twenty Eight” Kata Pembawa Acara
   Kita pun naik ke atas panggung.Demam panggung sempat menguasai diri gue dan teman-teman.Tapi sedikit pengalaman manggung saat masih gabung di Unforgivable Mistake,cukup bisa membuat gue menguasai panggung.Kita pun memulai aksi kami. Ketika selesai,tepuk tangan membuat kami lega.Semua berakhir.Perjuangan kami berhasil hingga ke sejauh ini.
   Band ini pun ditinggal oleh vokalisnya,Haifa,usai perpisahan.Karena Haifa gak mau lanjutin band ini ke yang lebih jauh. Meski ditinggal vokalisnya,kita gak bubar.Lebih tepatnya kita istirahat.Apalagi gue harus pindah dari Bandung buat nerusin sekolah.Band ini pun melepas nama Part of Twenty Eight sebagai nama band.Kita pun menggantinya dengan Piece of Life,dengan Syeh sebagai vokal,Pian sebagai bassis .Kiko yang udah bisa gitar pun kini memegang gitar. Gue? Gue masih di posisi asli gue. Gitaris. Band ini pun berjalan tidak seperti seharusnya,karena latihan yang lebih sering saat gue di Bandung. Tapi band ini memang bukan buat komersil atau lahan mencari uang.Band ini hanya sebuah tempat pernyaluran hobi,yang diberi nama Piece of Life.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar